Kalau dipikir-pikir, bersyukur banget ya bisa hidup sampai usia 30 tahun lebih. Lama lho itu. Kalau umur manusia rata-rata 70 tahun, artinya kita udah melewati hampir setengah perjalanan. Seru sih. Tapi kalau dibayangin, ya agak serem juga. Karena artinya, ada akhir yang bakal kita temui suatu hari nanti.

Kematian itu kaya topik yang sering kita jauhi, ya gak sih?

Kadang kita pura-pura lupa aja kalau itu ada. Tapi makin dewasa, topik ini malah makin sering muncul di kepala. Entah karena kehilangan orang terdekat, nonton berita, atau sekedar lihat foto lama dan sadar kalau waktu nggak pernah berhenti.

Ada momen-momen kecil yang bikin kita mikir, "Oh ternyata hidup ini beneran gak selamanya, ya."

Tapi justru karena ada akhir, hidup jadi terasa berarti. Bayangin kalau semuanya abadi, mungkin kita bakal menunda banyak hal karena berpikir masih ada waktu. Tapi kan kenyataannya, kita gak tahu kapan waktu itu habis. Dan itu bikin setiap langkah, setiap pilihan, jadi punya bobot yang lebih besar.

Kesadaran akan Kematian

Psikologi sering ngomongin tentang existential anxiety, ketakutan tentang kematian yang sebenernya adalah refleksi dari rasa cinta kita terhadap hidup. 

Kita takut kehilangan karena kita tahu betapa berharganya momen-momen kecil. Sesederhana kopi pagi yang wangi, pelukan dari orang tersayang, atau sekedar ngobrol ngalor ngidul sama temen lain.

Dari sisi sosial, kematian juga bikin kita sadar kalau yang paling diingat dari kita bukan apa yang kita punya. Tapi justru apa yang kita tinggalkan. 

Semisal kebaikan, tawa, atau bahkan kehadiran kita di hidup orang lain. Hal-hal kaya gitu ternyata bertahan lebih lama dari keberadaan kita sendiri.

Refleksi Hidup

Jadi mungkin, sebenarnya yang perlu direnungkan bukan "Seberapa lama aku hidup?" saja, tapi juga "Bagaimana aku hidup?" Atau apa yang sudah kita lakukan untuk diri sendiri, orang-orang di sekitar, atau bahkan dunia ini? Jawabannya ga harus grande sih, siapa tahu hal sederhana yang kita lakukan ternyata bermakna juga, kan?

Kalau diibaratkan, hidup di usia 30 ini kaya checkpoint di game. Kita bisa berhenti sebentar, melihat apa yang sudah dilewati, untuk kemudian memikirkan langkah selanjutnya. 

Kalau sesekali pikiran tentang kematian muncul, itu wajar banget. Bukan berarti kita lemah, tapi justru jadi pengingat kalau kita masih punya kesempatan untuk mengisi cerita dengan hal-hal yang kita inginkan.


Pada akhirnya, hidup dan kematian kan kaya dua sisi mata koin yang sama. Gak terpisahkan. Dan justru itu yang membuat hidup jadi lebih seru. Hidup mungkin gak panjang, tapi bukannya berarti kita jadi punya alasan untuk membuatnya lebih bermakna?