Ada satu kalimat yang membuatku terpaku lama saat membaca sebuah buku:

"Menjalani hidup dengan nama yang tidak kita pilih sendiri."

Kalimat itu seperti penyadaran, bahwa nama, identitas pertama yang melekat sejak lahir, ternyata simbol dari beragam hal dalam hidup.

Kita sering berpikir bahwa hidup adalah tentang pilihan-pilihan kita. Tapi jika direnungkan lebih dalam, ada banyak hal yang kita jalani bukan karena kita memilihnya. Melainkan karena "dipilihkan" untuk kita.

Seperti nama yang dipilih oleh orang tua, keluarga tempat kita lahir, atau bahkan rencana-rencana Tuhan yang sering kali tersembunyi.

Tuhan dan Pilihan-Nya

Dalam perspektif spiritual, ada keyakinan mendalam bahwa hidup bukan hanya tentang kehendak manusia. Tapi juga kehendak Tuhan. Sebagai makhluk yang terbatas, kita mungkin tidak memahami mengapa Tuhan memilihkan jalan tertentu untuk kita.

Misalnya, kita tidak memilih lahir dalam keluarga tertentu, di tempat tertentu, atau dengan kondisi tertentu. Namun dalam sudut pandang spiritual, setiap detail dalam hidup kita adalah bagian dari rencana Tuhan.

Tapi bagaimana dengan hal-hal yang terasa sulit? Kehilangan, penderitaan, atau situasi yang tidak kita inginkan? Spiritualitas mengajarkan bahwa ada kebijaksanaan di balik setiap kejadian yang kita jalani. Mungkin tidak semuanya harus kita mengerti sekarang. 

Karena itu, dalam agama pun ada yang namanya konsep ikhlas dan tawakkal. Berserah kepada Tuhan sambil berusaha menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.

Hidup dan Dualitas Pilihan

Hidup adalah perpaduan antara kehendak bebas dan kehendak ilahi. Di satu sisi, kita diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup kita: pendidikan, pekerjaan, pasangan hidup, atau cara menjalani hari. Di sisi lain, ada hal-hal yang berada di luar kendali kita, yang disebut takdir.

Pendekatan ini sejalan dengan teori existentialism yang dikemukakan oleh Jean-Paul Sartre. Sartre percaya bahwa manusia adalah makhluk bebas yang bertanggung jawab atas pilihannya. Namun, spiritualitas menambahkan dimensi bahwa ada kekuatan ilahi yang turut serta menentukan takdir kita.

Menerima dan Mempercayai

Pada akhirnya, hidup adalah perjalanan untuk menerima apa yang tidak kita pilih, mempercayai maksud Tuhan di baliknya, dan memilih untuk meresponnya dengan bijak. Seperti yang diajarkan oleh filsuf Stoik Epictetus, 

“It’s not what happens to you, but how you react to it that matters.”

Nama yang diberikan pada kita mungkin bukan pilihan kita, tetapi makna yang kita berikan pada nama itu adalah tanggung jawab kita. Begitu juga dengan hidup. Tuhan mungkin memilihkan jalan tertentu untuk kita, tetapi bagaimana kita menjalani jalan itu adalah pilihan kita sendiri.

Jadi, apakah hidup adalah tentang pilihan kita? Ya, tetapi juga tentang bagaimana kita menerima dan memahami pilihan Tuhan. Ketika kita belajar percaya kepada-Nya, kita bisa menemukan ketenangan di tengah segala hal yang tidak kita pilih.