"Siapa aku sebelum bertemu kamu?”

Kayanya pertanyaan ini perlu dijawab dulu sendiri. Sebelum berangkat ke pertanyaan selanjutnya, “Aku mau jadi pribadi seperti apa?” Bukan sekedar “Istri yang bagaimana?”

A little too late. But it’s okay.

Menjadi Istri Adalah...

Setidaknya itu perenunganku beberapa hari ini. Tidak mudah untuk menemukan jawabannya. Di lingkunganku, yang aku ingat, menjadi istri adalah menyerahkan hampir sebagian besar porsi hidup kepada keluarga. Baik pasangan atau anak - jika ada. Ditambah dakwah tentu saja.

Dan ini mengambil hampir seluruh waktu sebagai perempuan. Apalagi kalau ditambah bekerja.

Aku pikir, menjadi perempuan yang baik adalah meletakkan gravitasi diri pada pasangan. Menjadikan pasangan sebagai prioritas hidup. Menjadi istri yang baik.

Tapi sepertinya aku salah.

Menikah seharusnya tidak menghilangkan siapa kita sebelum kenal dengan pasangan. Seharusnya.

Tapi, dalam hidupku, aku hampir lupa siapa aku sebelum menikah. Aku hanya ingin jadi istri yang baik saja. Meskipun hal itu juga tidak bisa maksimal. Aku jadi bingung sebenarnya. Kemudian, ketika ditanya "Mau jadi apa?" Rasanya lebih bingung lagi.

Ternyata pertanyaan utamanya belum kudapatkan jawabannya, "Siapa aku sebelum bertemu dengan pasangan?"

Mungkin setelah mendapatkan jawabannya, aku bisa lebih mudah menjalani kehidupan.


Siapa Aku Sebelumnya?

Aku merenungi pertanyaan ini selama beberapa waktu. Memutar kembali pembicaraan dengan orang-orang dan kenangan-kenangan sebelum aku bertemu pasangan. Dan aku menyadari hidupku larut dalam tulisan.

Beberapa pekan ini, orderan tulisan menurun drastis. Aku jadi punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal, sebenarnya. Dan siapa sangka, ternyata aku merindukan waktu-waktu menulis.

Mungkin aku dan tulisan memang seakrab itu.

Aku merindukan waktu aku bisa menulis bebas tentang apa saja. Seperti era blog tahun 2010. Lalu aku berpikir, mungkin aku bisa mulai menulis fiksi lagi. Memang sudah agak kaku, tapi tidak ada salahnya mencoba sedikit dari mula lagi.