Di usia sekarang, mulai memasuki fase ketika merasa punya uang terlalu sedikit dan melihat teman punya banyak uang. Beberapa teman bahkan sudah punya mobil, rumah, dan tanah. Lalu bingung, kok bisa punya uang sebanyak itu?
Tapi kemudian aku kembali berusaha mawas. Setiap orang punya dapurnya sendiri. Dan kita tidak perlu tahu bagaimana orang-orang memiliki apa yang mereka miliki. Sebagian mungkin karena usaha kerasnya, sebagian lagi memilih kredit karena kebutuhan, ada juga yang karena warisan orang tua.
Yang mana saja, sebenarnya tidak ada yang salah.
Aku sendiri, kadang muncul keinginan untuk membeli mobil atau rumah yang populer. Tapi kalau dipikir lagi, sebenarnya tidak harus begitu. Hidup di ibukota memberikan kemudahan transportasi umum yang cukup nyaman. Lagipula, tidak ada yang bisa mengendarai mobil di rumah ini.
Artinya, mobil bukan kebutuhan kan?
Lalu, aku juga masih ada rumah untuk berteduh. Seharusnya, rumah adalah tentang kenyamanan. Tentang siapa penghuninya dan bagaimana kita mengisinya. Bukan tentang penampang dan kemegahan.
Ada banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan sebelum memiliki rumah baru. Apalagi yang besar. Kupikir, kalau ada yang kuinginkan dari rumah baru, seharusnya bisa kuhadirkan juga di rumah ini.
Artinya, saat ini rumah pun belum jadi kebutuhan bagiku.
Ditambah lagi, adanya mobil atau rumah bisa jadi menciptakan kebutuhan baru yang sebelumnya tidak ada. Dan kebutuhan, biasanya berkaitan dengan biaya dan tanggung jawab baru.
Bukan mustahil suatu hari mobil dan rumah akan jadi kebutuhan. Tapi bagiku, mungkin bukan hari ini.