Sejak awal tahun ini, aku memutuskan untuk melakukan journaling pendek. Awalnya sih karena tidak ingin melupakan hal baik yang terjadi sepanjang tahun. Karena kan, hal-hal buruk selalu saja lebih gampang diingat.
Seperti kata sebuah lirik lagu:
"Meski ada hal sedih, ataupun hal yang memberatkan. Tak apa asal yang bahagia lebih banyak."
Jadi, jurnalku memang bukan gratitude journal dengan hal baik saja. Ada hal berat juga yang kutulis. Tapi gak apa, aku yakin ada hal baik yang juga akan teringat.
Selain itu, di tahun ini aku juga memutuskan untuk ke psikolog dan mengikuti psikoterapi 4 sesi.
Ketika sesi psikoterapi, aku diberi tahu kalau ternyata membuat jurnal sangat bermanfaat buat kondisi bipolarku. Dan aku juga jadi tahu, ternyata tahun ini aku mengalami lebih sedikit fase depresi.
Meski begitu, ada hari ketika aku lepas kendali. Terlalu bahagia, sampai masuk ke fase hipomanik yang full-blown. Akibatnya, aku melakukan beberapa kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi kalau dipikir dengan akal sehat.
Saat sesi psikoterapi terakhir, aku bertanya tentang emosi seperti apa yang seharusnya kumiliki. Lalu psikolognya bilang kalau emosi apa saja tidak masalah. Seseorang boleh sedih, produktif, bahagia, lelah, dan sebagainya. Namun, jaga agar kadarnya cukup saja. Tidak berlebihan, tidak juga terlalu sedikit.
Karena itu, aku pikir kalau menjadi bahagia itu tidak harus sangat bahagia. Cukup bahagia saja, sudah cukup.
Mungkin terdengar mudah, tapi bagiku, ternyata hal ini perlu dipelajari. Apalagi, berdasarkan jurnal setahun yang aku tulis, sejauh ini aku belum pernah mengalami fase tanpa symptom.
Artinya, perjalananku mempelajari diri mungkin masih cukup panjang. Siapa yang tahu?