Untuk usia berapapun, pertanyaan tentang definisi sukses selalu menarik ya. Seiring pertambahan usia, aku mulai memahami kalau definisi sukses juga bertumbuh. Anak kecil dan orang tua selalu punya definisi yang berbeda.
Saat kecil, definisi sukses yang aku punya mungkin sangat sederhana. Aku ingin bisa bersama ibu kemana saja. Menjadi supir pun tidak apa-apa. Sedikit lebih besar, aku ingin punya rumah dengan tumpukan buku menjulang sampai ke langit-langit. Seperti rumah Shinichi Kudo. Haha
Saat beranjak remaja, kukira sukses adalah hal-hal besar. Seperti mengubah dunia, punya legasi yang dikenang sepanjang masa, dan hal-hal semacam itu. Aku pikir, setiap manusia yang lahir, pasti memiliki misi khusus hanya untuknya. Jadi rasanya sangat sia-sia kalau kita menghabiskan hidup dengan begitu saja tanpa cita-cita besar.
Saat aku kehilangan diriku dan menemukannya kembali, aku melihat banyak hal dengan cara yang berbeda. Aku belajar menjadi egois dan menemukan kalau ternyata hidup biasa-biasa saja juga tidak mengapa.
Aku menemukan kalau ternyata aku bahagia dengan sedikit teman yang biasa-biasa saja. Aku merasa cukup dengan suami dan ruang lingkup hidup yang tak terlalu besar. Sangat kecil bahkan, kalau dibandingkan dengan ruang lingkup saudara dan orang tuaku.
Seiring pertambahan usia, bagiku sukses adalah hal yang sederhana. Menjadi bahagia dan berbahagia dengan orang-orang yang berharga. Pasangan dan anak misalnya. (Meski sekarang aku belum memiliki anak.)
Karena itu, aku mulai mencari tahu lebih dalam tentang aku. Menjalani psikoterapi ke psikolog, rutin berkunjung ke psikiater dan minum obat, serta mulai membuat jurnal. Aku ingin sehat secara mental supaya nanti keluargaku juga sehat. Itu saja. Setidaknya untuk saat ini.