Konsep un-refriend, atau dengan sengaja tidak berteman ulang dengan teman lama, adalah konsep yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya. Bahkan, aku tidak pernah berpikir kalau aku memiliki pilihan seperti itu.
Teman, Kenalan, Silaturrahim
Selama bertahun-tahun, kita - khususnya aku - terbiasa dengan konsep memperbanyak teman. Mungkin sebagian besar orang mendapatkan nasehat yang sama saat kecil: "Jangan pilih-pilih teman."
Seiring usia yang semakin dewasa, aku dan kamu mungkin mulai menyadari kalau memilih teman adalah hal yang penting. Teman yang berkualitas akan membuat hidup jadi berkualitas juga.
Di sisi lain, menjaga kenalan tetap harus dipertimbangkan. Konsep "orang dalam" bergaung semakin keras sampai terdengar seperti mutlak. Semakin banyak koneksi, semakin baik pula hidup kita. Atau setidaknya, aman.
Untuk menjaga kenalan dan teman itu, silaturrahim adalah cara yang dirasa efektif. Mulai dari bertukar kontak, sosial media, reuni ini itu, arisan, perkumpulan ini itu, sampai agenda meet up.
Salah? Tentu saja tidak.
Memangnya Boleh Memutus Hubungan?
Konsep un-refriend sebenarnya adalah konsep yang asing untukku. Mengecewakan orang adalah hal yang buruk. Menolak undangan adalah hal yang salah. Apalagi dengan sengaja tidak menyambung kembali hubungan pertemanan. Ada perasaan mengganjal saat aku pertama kali tahu kalau opsi ini ada.
Tapi, kalau dipikirkan ulang, konsep ini sebenarnya tidak terlalu buruk juga. Dalam hidup, ada saja satu dua orang yang tidak lagi bermanfaat untuk dihubungi. Beberapa bahkan bisa memberikan dampak buruk, baik secara langsung atau tidak langsung.
Selama bertahun-tahun, aku berpikir bahwa saat aku tidak menyukai seseorang, cara terbaik untuk menghilangkannya adalah dengan lebih mengenal. Aku berusaha memahami mengapa seseorang melakukan sesuatu. Lalu memaafkannya.
Suatu hari, aku mengalami kejadian yang membuatku sakit bahkan trauma. Dalam waktu yang lama, aku memutuskan untuk berhenti berhubungan dengan orang-orang tersebut. Setelah beberapa tahun, kupikir sudah waktunya untuk menjalin hubungan kembali. Tapi setiap kali aku mencoba mendekat, luka yang hampir sembuh selalu terbuka lagi. Rasanya berat.
Aku pikir, ini salahku karena belum bisa memaafkan. Jadi aku mencoba lagi. Dan setiap kali aku mencoba, lukanya terbuka lagi. Aku merasa buruk karena tidak bisa sembuh, dan aku sakit karena lukanya terus terbuka.
Saat bertemu konsep un-refriend, aku langsung berpikir, "Memangnya boleh ya?"
Kemudian, aku mendiskusikan ini bersama suami. Dan dia bilang kalau hal tersebut boleh saja. Tidak ada salahnya menjaga diri dari hal yang membuat sakit. Jadi, sekarang aku sedang dalam perjalanan mengizinkan diriku untuk menerima konsep tersebut.
Siapa yang Tidak Senang Punya Pilihan?
Pada akhirnya, lagi-lagi ini soal kebebasan sih. Siapa yang tidak senang punya pilihan? Termasuk pilihan untuk berteman, dan tidak berteman, dengan orang yang diinginkan. Ya kan?