Sudah hampir sebulan memutuskan untuk uninstall WhatsApp dari ponsel. Tidak banyak yang berubah sebenarnya. Kecuali interaksi yang berkurang banyak.
Satu dua orang masih mencoba menghubungiku dengan beberapa cara. Bahkan ada yang repot-repot mengirimkan pesan singkat. Sejujurnya, aku cukup terharu.
Kadang, aku memikirkan tentang dunia tanpa aku. Dan sepertinya tidak akan banyak yang berubah. Dunia tetap berjalan. Ada atau tidak adanya aku. Beberapa mungkin jadi jauh lebih baik.
Lebih Sedikit Mengecewakan
Aku kadang memikirkan tentang keluargaku. Tentang orang tuaku yang mungkin akan lebih sedikit kecewa kalau aku tidak ada. Mereka tidak akan merasa bersalah karena aku lupa menjawab pesan. Atau terlalu lama tidak membalas pesan yang mereka kirimkan. (Yang mana sering sekali terjadi)
Seringkali, orang tuaku mengirim pesan yang sangat emosional. Ungkapan rindu yang menggebu, atau permintaan maaf yang penuh rasa bersalah. Bagiku, dua-duanya sama beratnya.
Jadi, aku membutuhkan banyak waktu untuk menepi. Emosi yang berlebihan sering kali membuatku sesak di dada. Atau pikiranku jadi banyak berantakannya. Sayangnya, semakin lama aku membalas, semakin berat juga pesan yang datang selanjutnya.
Kalau aku tidak ada, atau aku sulit dijangkau untuk berkomunikasi, mungkin akan semakin kecil kecewa yang muncul. Sebab mereka tahu, kalau aku tidak membalas karena memang tidak membaca. Itu saja.
Agar Tidak Diandalkan
Di lain sisi, kadang sebagai anak pertama, aku merasa kalau ada kondisi dimana adikku terlalu bergantung padaku. Khususnya untuk kebutuhan (mepet tidak mepet) yang membutuhkan biaya. Seperti ongkos pulang, misalnya.
Menurutku, itu adalah hal yang sangat bisa diselesaikan kalau saja mereka memiliki rencana perjalanan yang matang. Karena sudah sangat umum kalau saat kita pergi, tujuan utamanya untuk bisa pulang dengan aman, kan?
Kupikir, memiliki kakak yang terpaut usia cukup jauh membuat beberapa adik merasa memiliki "rencana cadangan". Yang akhirnya malah terbiasa menggunakan cadangan, alih-alih menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Bagi sebagian orang, mungkin aku terlihat seperti kakak yang tega dan pelit. Tapi sebagai kakak, aku hanya ingin mereka bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Belajar mengandalkan diri mereka sendiri, alih-alih mengandalkan orang tua dan kakak untuk sesuatu yang sebenarnya bisa selesai sendiri.
Tentu saja aku tidak tahu apakah hal ini adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan atau tidak. Lagipula, itu hanya satu dari sekian banyak alasan lain yang kutemukan selama menguninstall WhatsApp dari ponselku.